PERGELARAN BUDAYA PANJI 23 OKTOBER 2021



Kegiatan Pergelaran Budaya Panji yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  Provinsi Jawa Timur melalui Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Jawa timur, yang di gelar Pada 23 Oktober 2021 di GorJayabaya Kota Kediri menyajikan pertunjukan kolaborasi yang beragam. Mulai dari karya tari, ketoprak anak, kentrung, sendratari, dan jaranan.dimana pergelaran tersebut melibatkan Pelajar-pelajar yang memiliki skill kesenian di masing - masing bidangnya, gebrakan seni yang luar biasa setelah sekian lama mereka tidak bisa menyalurkan skillnya dikarenakan Pandemi Corona, walaupun begitu, Acara ini tetap  diselenggarakan secara hybrid dengan penonton yang terbatas dan disiarkan langsung melalui streaming Youtube Disbudpar Jawa Timur. Mengingat walaupun Pendemi sudah berkurang, akan tetapi kita harus tetap waspada dan tidak boleh lengah akan pandemi tersebut, langkah - langkah itulah yang di lakukan oleh Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Jawa Timur didalam menyikapi Pergelaran di tengah-tengah menyusutnya Wabah Pandemi covid 19, tetap melakukan Protap Protokol Distance.

Beberapa penampilan sanggar Paguyuban Peminat Seni Tradisi (PPST) yang merupakan binaan Dinas Kebaudayaan dan Pariwisata Provinsi Jatim, melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Kesenian (LPPK).

Hampir semua pertunjukan masih pada Cerita Panji secara mainstream, yaitu kisah kasih Raden Panji Asmarabangun dengan Dewi Sekartaji yang terpisah, saling berkelana, hingga akhirnya bertemu kembali.

Berikut salah satu  sinopsis Sanggar Dwija Laras dari SMPN 6 Kota Kediri. Sebagaimana Cerita Panji pada umumnya, pergelaran ini mengisahkan pertemuan Raden Panji dan Sekartaji yang hidup dalam kemewahan kerajaan tidak selalu mudah, apalagi jika ada orang ketiga dalam dunia asmara, seperti yang di alami Dewi Sekartaji putri dari kerajaan kediri, semenjak ibunya meninggal konflik demi konflik dengan saudara tirinya, Galuh Ajeng seperti tiada ujung masalah yang muncul selalu berakhir dengan kekecewaan, hingga pada akhirnya lahirlah keputusan untuk meninggalkan istana, dan menjalani berbagai warna kehidupan dunia, namun takdir menyatukan cinta mereka.

Demikian, tak kalah pula kesenian Kentrung yang dibawakan oleh dalang Sujiman dengan cerita Ande-ande Lumut yang naskahnya  ditulis oleh Dr. Gatut dari Sanggar Omah Panji. Masih juga menampilkan cerita Panji yang sudah dikenal masyarakat pada umumnya. Tidak nampak upaya untuk mengkreasinya.

Kesenian Jemblung, tampil dengan lakon berjudul “Bancak Doyok Barang Jantur.” Mengisahkan Dewi Candra Kirana meninggalkan kerajaan Kediri karena risau dengan berita hoax yang menyebutkan bahwa kekasihnya Panji Asmoro Bangun selingkuh.

Yang agak berbeda justru sajian pertama yaitu tari “Panji Gumelar” dari Sanggar Candra Kirana dengan penata tari Endah Pusporini. Dikisahkan, bahwa Panji adalah tokoh cerita yang asli dari Jawa, yaitu seorang Ksatria Kediri yang tampan, cerdas, terampil dan mahir berolah seni

Yang paling menarik dari serangkaian acara ini adalah penampilan Sanggar Gumilang dari SMPN 8 Kota Kediri dengan karya ketoprak anak dibawah pimpinan Heri Setiawan. Meski ceritanya bersumber dari dongeng “Ande-ande Lumut” yang sudah terkenal itu namun kali ini hanya ditampilkan fragmennya saja dengan judul Brandal Brantas. Baru kali inilah ada upaya melakukan interpretasi kreatif, bahwa sosok Yuyu Kangkang bukanlah berupa seekor Yuyu atau Kepiting, melainkan nama seorang perompak Kali Brantas. Dikisahkan Raden Panji Asmorobangun juga tidak menyamar sebagai Ande-ande Lumut, melainkan langsung berhadapan dengan Yuyu Kangkang yang berusaha merampoknya. Akhirnya, Raden Panji berhasil menyelamatkan Dewi Sekartaji yang disekap oleh Yuyu Kangkang.

Tetapi, ternyata Raden Panji justru mencurigai kesucian Dewi Sekartaji yang telah sekian lama berada dalam tawanan Yuyu Kangkang yang dikenal suka menodai perempuan. Tidak mungkin Sekartaji tidak diapa-apakan. Bagian ini tidak terdapat dalam cerita asli Ande-ande Lumut. Malah mengingatkan kisah Ramayana, dimana kesucian Dewi Sinta juga dicurigai oleh Rama setelah sekian lama ditawan oleh Rahwana. Kalau dalam Ramayana Dewi Sinta lantas menceburkan diri dalam kobaran api untuk membuktikan kesuciannya.

Menjelang acara berakhir, sebuah penampilan sendratari yang mempesona disuguhkan oleh Sanggar Budaya Nusantara Kota Kediri dengan karya berjudul Cethetan Selomangleng. Cethetan adalah sebutan dari beberapa makhluk tak kasat mata dari dunia gaib yang menghuni wilayah di sekitar Goa Selomangleng. Pertunjukan ini digarap oleh sutradara Ambarwati.

Diceritakan bahwa Putri Kediri Sang Dyah Ayu Sekartaji begitu bersedih hati. Sang suami Panji Asmorobangun tidak ada kabar berita. Duka yang begitu luar biasa sampai menggetarkan makhluk-makhluk tak kasat mata ikut bersedih.

Setelah sekian lama  suami tercinta Panji Asmorobangun tiba di istana. Maka kesedihan berubah menjadi kegembiraan yang dirasakan oleh Sang Dewi dan makhluk-makhluk gaib.  Keriuhan inilah yang  kemudian diberi nama Cethetan Selomangleng. Demikianlah beberapa pertunjukkan pergelaran seni telah di tampilkn oleh Generasi Penerus Anak bangsa, semoga karya2 kolaborasi mereka bisa di nikmati dan diminati oleh Generasi Penerus anak bangsa selanjutnya, agar supaya kesenian panji selalu digelar dan ditampilkan, agar tidak kalah dengan Kesenian- Kesenian yang lain.. Mari kita sebagai generasi Nusantara cintalah kepada Kesenian Daerah Nusantara agar peradaban Indonesia tetap berkesenian dan berbudaya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluarga Besar UPT Laboratorium Pelatihan dan Pengembangan Kesenian Jawa Timur Mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Adha 1441.H, 2020

Penyemprotan Disinfektan Guna Pencegahan Virus Corona Covid -19 di Area UPT LPPK JATIM