FESTIVAL TOPENG 25-27 MARET 2021 DI TAMAN KRIDA BUDAYA MALANG JAWA TIMUR
Tiupan alunan slompret khas pertunjukan Reog melengking membahana yang menarik perhatian para audience yang memfokuskan pandangan ke satu titik yaitu pada gerakan2 lincah para penari reog di atas panggung. Cahaya ruangan memang diatur remang-remang. Lampu panggung menyala warna warni, merah, kuning, dramatis, ditambah efek asap-asap yang mengepul. Luwes gerak kaki dan tangan penari mengikuti irama musik yang menguar.
Lima penari Sanggar Dapur Seni Probo Wengker, Kabupaten Ponorogo mereka menampilkan karya tari berjudul Pujangga Anom. Disutradarai Nurhadi Putu Sugito, tarian ini mengisahkan perjalanan Pujangga Anom dalam melakoni dinamika kehidupan, menempa diri menuju pendewasaan, mengerahkan kebijaksanaan untuk menentukan pilihan.
Pertunjukan seni ini merupakan realisasi program UPT LPPK dalam pengembangan kesenian tradisional. Sebagai wadah pelatihan dan pengembangan kesenian lintas daerah kabupaten/kota di Jawa Timur. “Serta meningkatkan kapasitas tata kelola lembaga kesenian daerah, melestarikan seni budaya melalui pengenalan kesenian daerah, seni topeng Jawa Timur,”
UPT LPKK Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim telah mengidentifikasi kesenian unggulan masing-masing daerah di Jawa Timur. Menurut analisis mereka, seni topeng kurang dikembangkan di Jawa Timur. Padahal Jawa Timur kaya dan potensial digali nilai ekonomi kreatifnya. Pertunjukan seni topeng dipilih untuk mengangkat nilai tradisi, melestarikan seni budaya daerah. “Tujuan jangka panjang menjadikan seni topeng sebagai daya tarik wisata.
Pengembangan Seni Untuk Generasi Milenial
Peserta pagelaran Festival Topeng sekitar 45 persen penampil yang berusia 8-16 tahun, 35 persen didukung pelaku seni berusia 17 – 35 tahun. “Pelestarian seni tradisi akan terus berlangsung, kaum muda antusias. Penampil maupun penonton dari Generasi Milenial
Generasi milenial dipilih lantaran semangat milenial bisa menjadi penggerak untuk menularkan seni kepada sesama atau generasi yang lebih dini. Sebut saja Bayu Kresna Murti, pengajar Pendidikan dan Pengembangan Seni Tradisi (PPST) SMP Negeri 4 Kota Malang. Bayu menampilkan sajian tari Cinta Buta Werdal Werdi dalam Festival Topeng 2021.
Tampilan tari yang disutradarai Bayu ini unik. Penari dengan anggun meliuk-liuk di atas ketinggian panggung tambahan. Meskipun para penampil remaja SMP, spirit totalitas berkesenian tak kalah dengan para penampil lain yang secara hitungan usia lebih tua.
Ragam Topeng Jawa Timur
Disbudpar Jawa Timur mengidentifikasi sebanyak 12 kesenian berbasis topeng di Jawa Timur. Setiap daerah memiliki kharakter topeng yang unik. Seni topeng Ponorogo mengambil unsur reog, berbeda dengan Malang yang terinspirasi kisah Panji. “Sementara seni topeng Sumenep dikenal dengan Topeng Dhalang, mengangkat kisah Mahabharata.
Manifestasi seni topeng tiap daerah berbeda-beda. Kediri memiliki seni topeng Panji yang berbeda dengan daerah dengan budaya Arek. Dongkrek Madiun cenderung ditampilkan untuk menolak bala. Seni topeng Panji Tengger di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan Kabupten Malang biasa ditarikan seniman sepuh.
Di Madura terdapat seni topeng Dalang. Topeng Dalang berkembang menjadi Topeng Kerte di Situbondo dan Bondowoso. Di Tuban, jenis kesenian topeng yang berkembang bernama thak-thakan, pertunjukannya berupa arak-arakan di ruangan terbuka.
Festival Topeng tahun 2021 mengangkat lima jenis kesenian topeng dari daerah berbeda,Ponorogo, Batu, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Sumenep. Lima daerah ini dipilih berdasar keunikan seni topeng di daerah masing-masing.
Gelaran Festival Topeng di Era Pandemi
Pertunjukan dilangsungkan sesuai protokol kesehatan, penonton dibatasi paling banyak 50 orang. Penampil dan penonton diberlakukan Rapid Test Antigen dan Swab Test terlebih dahulu.
Pertunjukan topeng juga disiarkan daring melalui akun @Disbudpar Jatim untuk mengurangi kerumunan dan menjangkau penonton lebih luas.
Rangkaian acara Festival Topeng 2021 dimulai dengan seminar tentang seni topeng pada Kamis, 25 Maret 2021. Seminar diikuti seniman-seniman muda dan sanggar-sanggar seni di Malang Raya. Turut diundang serta perwakilan 12 sanggar seni tari topeng yang mewakili setiap daerah se-Jawa Timur. di antaranya yaitu Sanggar Dapur Seni Probo Wengker dari Kabupaten Ponorogo persembahkan tari Bujang Ganong.
Padepokan Seni Panji Asmoro Bangun
Kabupaten Malang tampilkan tari Celeng Damalung. Tari yang disutradarai Tri Handoyo ini menceritakan raja Prabu Joyo Lelono yang terang-terangan ingin melamar Dewi Sekartaji sebagai istrinya. Padahal Dewi Sekartaji masih sah jadi istri Panji Asmorobangun
Penolakan Panji Asmarabangun memicu kemarahan Prabu Joyo Lelono. Prabu Joyo Lelono mengutus Celeng Damalung menyebar wabah di Kerajaan Jenggala. Wabah divisualisasikan dalam wujud penari dengan rambut gimbal warna hijau mencolok.
Panji Asmarabangun melawan wabah-wabah hingga tuntas, termasuk sang pembawa, Celeng Damalung yang disimbolkan dengan topeng bermuka celeng atau babi hutan berwarna putih. sebagai pertunjukan pamungkas, Sanggar Sinar Sumengkar dari Kabupaten Sumenep dan Sanggar Malang Dance, Kota Batu persembahkan masing-masing satu sajian tarian.
Komentar
Posting Komentar